Kupang, Kehamilan bukan sekadar proses lumrah yang lantas dibiarkan begitu saja. Karena tanpa dijaga dan tanpa tanggung jawab ada risiko besar yang mengintai.
Kasus kematian bayi baru lahir masih sering ditemui di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Terkait hal ini, Menteri Kesehatan RI, Prof Dr dr Nila Djuwita F Moeloek, SpM (K) mengatakan salah satu penyebab tingginya angka kematian bayi adalah kekurangan gizi saat kehamilan.
Menurut Nila, angka kematian yang tinggi terjadi pada bayi baru lahir dikarenakan berat badan lahir yang rendah. Umumnya terjadi di usia 1 hari sampai 1 bulan.
"Mereka sangat mudah terkena infeksi dan akhirnya meninggal jauh lebih tinggi pada usia 1 bulan tersebut," papar Nila dalam acara Peran Poltekkes Kemenkes Kupang dalam Mendukung Pembangunan Kesehatan di Provinsi NTT melalui penyediaan SDM Kesehatan, Selasa, (2/5/2017).
"Tentunya ini disebabkan oleh ibu-ibunya. Jadi saya menyalahkan ibu-ibu. 'Tolong dong kalau hamil harus yang bener' saya bilang. Memahami hamil yang betul-betul diinginkan, betul-betul kita tanggung jawab," ucapnya lagi.
Dikatakan Nila, NTT merupakan provinsi dengan hasil perikanan yang melimpah, tentunya dari ikan tersebut banyak mengandung protein. Namun, masih saja ada yang anggapan makan ikan bisa membuat bayi akan bau ikan atau amis. Sehingga ibu hamil dilarang makan ikan.
"Itu kan nggak bener, itu ulah bapak-bapak aja pengen makan ikan jadi kita nggak dikasih. Jangan mau dibohongin sama bapak-bapak. Kalau bisa bapaknya kasih ajah kepalanya sama ekornya, daging kita yang makan," pungkas Nila, disusul tawa para peserta.
Nila menambahkan bahwa angka kematian pada ibu juga tinggi. Walau bukan hanya kekurangan gizi, ada faktor-faktor lain di luar kesehatan, misal transportasi.
"Gimana dia mau melahirkan kalau dia ada di gunung, tempat yang jauh, tidak ada bidan, tidak ada apapun. Tentu dia akan terlambat untuk ditolong," pungkas Nila.